Budaya politik dapat dipandang sebagai landasan sistem politik, yang memberi jiwa atau warna pada sistem politik, atau yang memberi arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh struktur politik.
Dalam Budaya Politik, ada beberapa pengertian beragam tentang budaya politik, yaitu beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Budaya politik adalah suatu sikap orientasi warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu (G. A. Almond dan S. Verba (1991:21)).
- Budaya Politik adalah keyakinan, sikap nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negeri mereka dan peran masing-masing individu dalam sistem itu (Larry Diamond, 2003:207).
- Budaya politik adalah pandangan politik yang mempengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang. Budaya politik lebih mengutamakan dimensi psikologi dari suatu sistem politik, yaitu sikap, sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki individu dan yang dilaksanakan dalam masyarakat (Marbun, 2005:84).
- Budaya Politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya (Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews, 1966:41).
- Budaya Politik adalah suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai dan keterampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola kecendrungan-kecendrungan khusu serta pola-pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok-kelompok dalam masyarakat (Almond dan Powell, 1966:23).
Dari beberapa definisi diatas, tampak bahwa budaya politik menunjukan pada orientasi dari tingkahlaku individu atau masyarakat terhadap sistem politik. Menurut Almond dan Verba, masyarakat mengindentifikasikan dirinya terhadap simbol-simbol dan lembaga-lembaga kenegaraan berdasarkakn orientasi yang dimilikinya. Dengan orientasi itu anggota masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat dan peranan mereka dalam sistem politik.
Ada dua tingkat orientasi politik, yaitu ditingkat masyarakat dan ditingkat individual. Orientasi masyarakat secara keseluruhan tidak dapat lepas dari orientasi individual.
Menurut Almond dan Powell, orientasi individual terhadap sistem politik dapat dilihat dari tiga komponen, yaitiu orientasi kognitif, orientasi afektif, dan orientasi evaluasi.
Orientasi Kognitif, Orientasi Efektif, dan Orientasi Evaluatif
- Orientasi kognitif meliputi berbagi pengetahuan dan keyakinan tentang sistem politik. Aspek pengetahuan berkaitan dengan seperti misalnya, tingkat pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijakan yang mereka ambil atau simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politiknya secara keseluruhan seperti ibukota negara, lambang negara, kepala negara, batas negara, mata uang, dan lain-lainnya.
- Orientasi Efektif menunjukan pada aspek perasan atau ikatan emosional seorang individu terhadap sistem politik. Jadi, menyangkut feeling terhadap sistem politik. Seorang individu mungkin mempunyai perasaan khusus terhadap aspek-aspek sistem politik tertentu yang dapat membuatnya menerima atau menolak sistem politik itu secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, agaknya sikap-sikap yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam keluarga atau lingkungan hidup seseorang umumnya berpengaruh terhadap pembentukan perasaan warga negara yang bersangkutan.
- Osientasi Evaluatif berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik. Selain itu, juga menunjuk pada komitmen terhadap nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan politik (dengan menggunakan informasi dan perasaan) tentang kinerja sistem politik (Larry Diamond, 2003:207). Disini, norma-norma yang dianut dan disepakati bersama menjadi dasar sikap dan penilaiannya terhadap sistem politik.
Dalam kenyataan, ketiga aspek itu merupakan satu kesatuan. Untuk dapat menilai seorang pemimpin, misalnya, seorang warga negara harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin. Tetapi, pengetahuan itu sudah dipengaruhi atau dibentuk oeh perasaannya sendiri. Sebaliknya pengetahuan orang tersebut suatu simbol politik, umpamanya, dapat pula membentuk perasaannya terhadap simbol politik itu,. Bahkan dapat dikatakan pula, pengetahuan tentang suatu simbol sering mempengaruhi perasaan seseorang terhadap sistem politik secara keseluruhan.
Selain orinetasi indivudual, aspek lain dari budaya politik adalah pandangan atau sikap sesama warga negara. Sikap ini berkaitan dengan "rasa percaya" dan "permusuhan" yang biasanya terhadap di atara warga negara baik antarindividu, kelompok, maupun atarfolongan. Sikap saling percaya menumbuhkan kerja sama. Sedangkan konflik terjadi ketika di atara berbagai pihak dalam masyarakat ada hubungan saling bermusuhan.